Sawahlunto – Ratusan hektare lahan pertanian di Kota Sawahlunto mengalami dampak signifikan akibat kemarau panjang yang melanda wilayah tersebut. Kekeringan yang berlangsung selama lebih dari empat bulan ini menyebabkan sumber-sumber air mengering, sehingga petani kesulitan untuk melakukan penanaman.
Marwan, yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Kades se-Sawahlunto, mengungkapkan bahwa di Desa Batu Tanjung saja, terdapat 65 hektare sawah tadah hujan dan 115 hektare sawah irigasi yang seluruhnya terdampak kekeringan. “Rata-rata sawah di Desa Batu Tanjung tidak bisa digarap, termasuk palawija. Biasanya usai panen padi warga langsung menanam jagung, tapi karena tanah sudah kering kerontang, tidak bisa ditanami lagi,” ujarnya.
Dampak kekeringan ini tidak hanya dirasakan oleh petani padi, tetapi juga oleh peternak. Kesulitan mendapatkan air bersih memaksa sebagian warga untuk membeli air dari PDAM menggunakan tangki kecil. “Petani benar-benar menderita akibat kemarau panjang ini,” imbuh Marwan.
Heni Purwaningsih, Kepala DPK3 Sawahlunto, membenarkan bahwa dari total 878 hektare lahan sawah di Sawahlunto, sekitar 237 hektare mengalami gagal panen atau gagal tanam. “Sebetulnya kami sudah menyiapkan 15 unit mesin pompa untuk membantu petani. Namun, karena sumber air ikut mengering, pompa pun tidak bisa berfungsi optimal,” jelasnya.
Sebagai upaya antisipasi, Dinas Pertanian telah menyiapkan bibit untuk lahan seluas 1.000 hektare, di mana baru 274 hektare yang terpakai. “Kami berharap pada September-Oktober nanti hujan sudah turun sehingga bibit dari APBN tersebut bisa didistribusikan secara merata,” kata Heni.
Jefri Rizal, Kepala Desa Salak, juga menyampaikan keluhan serupa. Ia mengatakan bahwa sekitar 35 hektare sawah di wilayahnya mengalami kekeringan. “Kincir air dari Batang Ombilin tidak bisa berputar karena debit air hilang. Kalau dipaksa menggunakan pompa, biaya solar sangat besar sehingga tidak mampu ditanggung warga,” ungkapnya.
Para petani di Sawahlunto sangat berharap agar hujan segera turun sehingga mereka dapat kembali menggarap sawah dan melanjutkan aktivitas pertanian yang menjadi sumber kehidupan utama mereka.