Padang – Puskesmas Padang Pasir menjadikan Kelurahan Purus sebagai lokasi projek uji coba daerah Pembinaan Kawasan Beresiko (Bina Kawanko) di Kecamatan Padang Barat.
Kepala Puskesmas Padang Pasir, dr. Winanda menyebutkan, inovasi Bina Kawanko di Kelurahan Purus itu terdapat tiga program yang dilaksanakan. Pertama, pembentukan pos gizi, penekanan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan program keluarga sadar jiwa (Sajiwa).
“Tiga program yang kita lakukan ini berdasarkan indikator yang tidak tercapai di kelurahan tersebut, yakni gizi buruk, angka DBD yang masih cukup tinggi dan cukup tingginya masyarakat dengan gangguan jiwa,” kata Winand di Padang, Selasa 17 September 2019
Ia menyebutkan, pos gizi ini merupakan salah satu langkah dalam upaya untuk menekan angka kasus gizi buruk dengan memenuhi gizi penderita gizi buruk yang ada di Purus.
“Di pos gizi tersebut kita akan memberikan makanan kepada penyandang gizi buruk. Pemberian makanan ini bekerja sama dengan hotel-hotel yang ada di Padang Barat,” katanya.
Selain itu, di pos gizi ini setiap ibu akan di berikan pelatihan program gizi,mulai dari pemilihan bahan makanan, cara mengolah,variasi serta penyajian makanan sesuai dengan standar gizi.
Sedangkan untuk penekanan kasus DBD, sambungnya, pihaknya, telah membagikan sampul buku bahaya dan pencegahan DBD kepada siswa sekolah dasar (SD). Pelaksanaan ini diharapkan dapat membuat siswa sekolah dasar lebih paham dengan bahaya DBD serta apa yang harus dilakukan agar tidak terjangkit DBD.
“Kami bagikan itu kepada siswa kelas 4,5 dan 6. Jadi disampul itu ada bahaya dan cara mengatasi. Sehingga setiap hari siswa tersebut dapat membaca dan menerapkannya dikehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Untuk Sajiwa, kata dr. Winanda, pihaknya ingin mengubah stigma yang ada di masyarakat, sebab masalah kejiwaan bukan hanya terkait obat dan pengobatan saja, namun juga kepada penerimaan dan perlakuan keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
“Hal yang harus kita lakukan adalah dengan mengubah stigma masyarakat. Jangan lagi menyebut kata ‘orang gila’, karena menimbulkan ketakutan dan stigma negatif. Tapi gantilah dengan istilah orang yang mengalami masalah kejiwaan,” katanya.
Komentar