Bukittinggi – Kontribusi besar Minangkabau dalam perumusan ide kemerdekaan Indonesia kembali ditegaskan. Walinagari Bukik Batabuah, Firdaus, menyampaikan bahwa lebih dari 60% perancang gagasan kemerdekaan Republik Indonesia berasal dari Minangkabau.
Menurut Firdaus, fakta sejarah mencatat peran sentral tokoh-tokoh Minangkabau dalam meletakkan fondasi negara. “Bukan klaim kosong, bukan pula kebanggaan sempit,” ujarnya, menekankan bahwa kontribusi ini didasarkan pada fakta sejarah yang tak terbantahkan.
Sejumlah nama besar seperti Mohammad Hatta, Tan Malaka, Sutan Syahrir, Haji Agus Salim, Muhammad Yamin, dan Buya Hamka disebut sebagai contoh konkret. Firdaus menjelaskan bahwa Mohammad Hatta merumuskan arah ekonomi bangsa melalui koperasi, sementara Tan Malaka telah menulis gagasan tentang republik jauh sebelum proklamasi. Sutan Syahrir, lanjutnya, membawa Indonesia ke panggung diplomasi internasional, dan Haji Agus Salim menyuarakan kepentingan Indonesia di meja perundingan dunia. Muhammad Yamin berperan sebagai konseptor Sumpah Pemuda dan penyusun naskah dasar konstitusi, serta Buya Hamka membentuk moral dan spiritual bangsa.
Selain itu, Firdaus juga mengingatkan akan tokoh-tokoh lain seperti Abdul Muis, Rasuna Said, dan Rohana Kudus. “Jika kita jujur membaca sejarah, ide Republik Indonesia pertama kali digagas oleh putra Minangkabau,” tegasnya.
Lebih lanjut, Firdaus menyoroti falsafah hidup Minangkabau, “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah,” sebagai landasan yang melahirkan generasi cerdas, berani, religius, dan berkarakter kuat. Generasi ini, menurutnya, tidak hanya berjuang untuk kaumnya, tetapi juga untuk Indonesia secara keseluruhan.
Oleh karena itu, Firdaus menegaskan bahwa Nusantara harus berterima kasih kepada Minangkabau atas sumbangsih luar biasa dalam mewujudkan kemerdekaan. Ia menekankan bahwa pengakuan ini bukan untuk meninggikan satu daerah di atas yang lain, melainkan untuk mengingatkan bangsa akan pentingnya kebersamaan dalam meraih kemerdekaan.
Firdaus juga mengingatkan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika bangsa ini terbebas dari kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan. Ia mengajak generasi penerus untuk melanjutkan perjuangan para tokoh Minangkabau dan pahlawan bangsa lainnya, menjaga persatuan, membangun negeri dengan karya, dan memastikan Indonesia berdiri kokoh sebagai bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur.
“Sejarah telah membuktikan, Minangkabau tidak pernah absen dalam perjalanan bangsa ini,” pungkasnya, seraya mengajak untuk mengakui bahwa Indonesia berutang budi kepada Minangkabau.






