Padang – Sumatera Barat tengah berupaya mendorong regenerasi petani melalui program Sumbar Cerdas Bertani. Inisiatif ini bertujuan untuk menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian dengan pendekatan modern.
Rahmat Saleh, anggota Komisi IV DPR RI, menekankan pentingnya peran generasi milenial dalam memajukan pertanian di Sumatera Barat. Hal ini disampaikannya saat acara AgriYouth Talks yang bertajuk “Investasi Masa Depan, Pertanian dan Financial untuk Generasi Muda” yang diselenggarakan oleh Paten Mekar Tani di Auditorium Gubernuran, Kamis (18/9/2025).
“Sumbar Cerdas Bertani bukan sekadar program, tapi gerakan,” tegas Rahmat, seraya menambahkan bahwa petani milenial harus menjadi motor penggerak. Ia juga menekankan perlunya sinkronisasi dan adaptasi terhadap perkembangan dunia yang pesat.
Rahmat menilai bahwa modernisasi pertanian adalah kunci untuk meningkatkan sektor pangan di Sumatera Barat. Ia berpendapat bahwa pola tradisional yang masih mendominasi seringkali menyebabkan biaya produksi yang tinggi dan kurang efisien. “Dengan teknologi, biaya bisa ditekan dan hasil panen meningkat. Adaptasi seperti ini wajib, bukan pilihan. Petani kita harus bekerja cerdas,” ujarnya.
Program Sumbar Cerdas Bertani dirancang untuk menjembatani generasi muda dengan dunia pertanian, dengan harapan dapat melahirkan petani milenial yang melihat pertanian sebagai peluang usaha yang menjanjikan. “Kita ingin generasi muda melihat pertanian sebagai masa depan, bukan sekadar pekerjaan orang tua. Mereka harus berani mengelola lahan, memanfaatkan teknologi, bahkan membangun jaringan pasar,” kata Rahmat.
Kolaborasi lintas sektor juga menjadi sorotan utama dalam upaya memajukan pertanian. Rahmat menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah daerah, keterlibatan swasta, dan peran akademisi dalam peningkatan kapasitas. “Tidak mungkin pertanian maju tanpa kolaborasi. Pemerintah harus memberi dukungan, swasta menyediakan akses pasar, kampus menyiapkan SDM, dan petani menjalankan praktiknya. Semua harus jalan bersama,” jelasnya.
Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyoroti peningkatan kebutuhan pangan yang tidak seimbang dengan kapasitas produksi saat ini. “Kebutuhan jagung Sumbar per tahun 2,4 juta ton, sementara produksi lokal baru 40 persen. Ini peluang besar bagi generasi muda untuk terjun langsung,” ungkapnya.
Mahyeldi juga menambahkan bahwa komoditas ekspor seperti gambir dan manggis memiliki nilai ekonomi yang tinggi, namun hilirisasi perlu segera dilakukan agar keuntungan tidak hanya dinikmati oleh pihak luar. “Kalau ingin kaya, jadilah wirausaha pertanian. Jangan hanya bercita-cita jadi pegawai,” tuturnya.
Ari Irpendi, Direktur Utama Paten Mekar Tani, menjelaskan bahwa melalui AgriYouth Talks, pihaknya mengajak mahasiswa untuk belajar langsung tentang pertanian modern. “Tadi sudah ditandatangani MoU dengan Pemprov Sumbar dan tiga universitas. Mahasiswa akan praktik kerja lapangan selama enam bulan di lahan kami,” jelas Ari.
Saat ini, Paten Mekar Tani mengelola sekitar 250 hektar lahan jagung di Padang Pariaman dengan menggunakan teknologi modern. “Kami ingin mahasiswa melihat langsung bagaimana pertanian bisa dikelola secara profesional. Tujuannya, mereka berani menjadi agripreneur,” pungkas Ari.