Padang – Sumatera Barat menunjukkan performa yang menggembirakan dalam Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2025, melampaui rata-rata nasional, namun tantangan pemerataan digital masih menjadi pekerjaan rumah. Data ini terungkap dalam publikasi Indeks Masyarakat Digital Indonesia 2025 (IMDI 2025) oleh Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) melalui Badan Pengembangan SDM Komdigi.
Menteri Komdigi, Meutya V. Hafid, dalam sambutannya menyatakan bahwa IMDI bertujuan memberikan gambaran komprehensif mengenai tingkat kematangan digital masyarakat Indonesia. “IMDI hadir untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai tingkat kematangan digital masyarakat Indonesia,” ujarnya. Pengukuran ini mencakup akses, literasi, pemanfaatan, dan dampak teknologi digital terhadap kehidupan masyarakat dan pembangunan ekonomi.
Skor IMDI nasional menunjukkan peningkatan bertahap, dari 43,18 pada 2023 menjadi 44,53 pada 2025. Meskipun demikian, laju pertumbuhan ini dinilai moderat, memunculkan pertanyaan tentang kemampuan mengejar kesenjangan digital antarwilayah. Analisis per pilar menunjukkan pergeseran menarik, di mana pada 2025, Infrastruktur dan Ekosistem menjadi pilar dengan skor tertinggi (53,06), sementara Pemberdayaan tetap tertinggal (34,32). Hal ini mengindikasikan bahwa investasi infrastruktur digital mulai membuahkan hasil, namun pemanfaatan teknologi digital oleh masyarakat belum optimal.
Data IMDI 2025 juga menyoroti ketimpangan digital antarprovinsi. DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Kepulauan Bangka Belitung menjadi tiga provinsi dengan kategori Tinggi, sementara Papua Pegunungan dan Papua Selatan berada dalam kategori Sangat Rendah. Kondisi ini menggarisbawahi adanya jurang digital antara wilayah barat dan timur Indonesia.
Sumatera Barat mencatatkan skor IMDI 2025 sebesar 49,70, melampaui rata-rata nasional. Dengan capaian ini, Sumbar masuk kategori Cukup, mendekati ambang kategori Tinggi. Pilar Infrastruktur dan Ekosistem (58,00) serta Literasi Digital (54,15) menunjukkan performa kuat, namun Pilar Pemberdayaan (42,32) dan Pilar Pekerjaan (44,08) masih menjadi catatan penting.
Variasi skor IMDI juga terlihat di tingkat kabupaten/kota di Sumbar. Kota Padang mencatat skor tertinggi (58,28), masuk kategori Sangat Tinggi, sementara Kabupaten Lima Puluh Kota hanya mencatat skor 39,45 (kategori Rendah). Disparitas ini mengindikasikan bahwa keberhasilan digitalisasi di Sumbar belum merata.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah daerah perlu memperkuat program literasi digital berbasis komunitas dan kearifan lokal, serta memperluas ekosistem kerja digital. Integrasi riset dan inovasi digital juga harus diarahkan pada sektor unggulan Sumbar, seperti pertanian cerdas dan pariwisata berbasis digital.
Menurut Prakoso Bhairawa Putera, Direktur Perumusan Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi – BRIN, IMDI 2025 memberikan cermin penting bagi Sumatera Barat. “Skor yang relatif tinggi dibandingkan nasional menunjukkan potensi besar yang bisa dimanfaatkan,” katanya. Namun, tanpa strategi pemberdayaan masyarakat dan pemerataan antarwilayah, capaian digitalisasi Sumbar bisa terjebak pada kemajuan parsial.
Dengan mengintegrasikan infrastruktur, literasi, pemberdayaan, serta dunia kerja ke dalam ekosistem digital yang inklusif, Sumatera Barat berpeluang menjadi salah satu role model pembangunan masyarakat digital di Indonesia.